Dari halaman rumahnya, Pian menonton layang - layang di udaran . Bentuk dan warnanya bermacam - macam . Ah, andai aku punya layang - layang, kata Pian . Sayang, kali ini ia tak mampu membelinya . Sekarang usang saku Pian terbatas . sejak bapaknya menganggur ia mesti berhemat .
Pian terkejut . Ada yang menyentuh bahunya . "Kau ingin main layang - layang, ya ?" bapaknya sudah berdiri di sampingnya .
"Ah, Pian sudah senang meski cuma melihat ....."
Pian tak ingin berterus terang . Ia tak ingin membuat bapaknya sedih . Namun, "kalu ingin layang - layang, bapak bisa buatkan . Sekarangkan bapak punya banyak waktu . Tidak sibuk seperti dulu . Kau mau ?"
Pian cepat - cepat mengangguk .
"Di belakang rumah ada sebatang bambu . Oh, ya, benang sisa musim layang - layang kemarin masih ada, kan..? Jadi kita hanya perlu kertas minyak . Bapak punya uang untuk beli kertas ."
Keesokan harinya, bapak membuat dua layang - layang . Pian sangat gembira . Persis seperti yang biasa dijual, pujinya dalam hati . Pian membawanya ke tanah lapang . Ia sebenarnya sayang, kalau mesti mangadu layang - layangnya . Tapi kalau tidak diadu, mana asiknya ? Pikirnya .
Sekali dua kali adu, layang - layang Pian menang . Namun pada pertarungan berikutnya, layang - layang Pian putus . Pian sangat kecewa . Tapi tak lama . Bukankah itu resiko bermain layang - layang ? Lagipula, ia masih memiliki sebuah layang - layang .
Beberapa hari kemudian, ada tamu yang mengembalikan layang - layang Pian yang dulu putus . Pian ingat . Ia memang menulis alamat rumahnya di layang - layang itu . Tetapi aneh juga kalau ada orang yang mau mengembalikan layang - layangnya .
Bapak dan tamu itu bercakap - cakap di ruang tamu . Pian mendengar percakapan mereka . Menurut tamu itu, layang - layang itu jatuh di halaman rumahnya . Bentuknya yang bagus membuat dia tertarik . Ia pun memdatangi alamat yang tertulis di layang - layang tersebut .
"Jadi bapak yang membuatnya ? Kebetulan . Saya ingin memesan layang - layang seperti ini . Layang - layang buatan bapak layak dijual di toko - toko besar . Untuk pemesanan pertama, saya ingin bapak membuat lima puluh layang - layang . Apa bapak bersedia ?"
Setelah berpikir, Bapak mengangguk . Ini kesempatan untuk mendapatkan uang, batin Bapak . Sebagai uang muka, tamu itu memberi uang tiga puluh ribu rupiah . Orang itu akan datang seminggu lagi .
Sejak kedatangan tamu itu bapak jadi sibuk . Ia tak mau mengecewakan orang itu . Pian pun turut membantu . Malah, Ibu yang biasanya alergi pada layang - layang, kali ini turun tangan .
Dengan membuat layang - layang, keluarga Pian tak kuatir kekurangan uang . Untuk mengenang kejadian itu, Pian menggantung layang - layang pertamanya di dinding kamarnya . Sekaligus, sebagai layang - layang keberuntungan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar